GEMA LANTANG -- Sebagian orang beralih ke pemanis buatan dengan berbagai pertimbangan, misalnya ingin menghindari bahaya kesehatan konsumsi gula murni.
Pemanis buatan ini merupakan zat sintetik atau turunan alami yang digunakan untuk memberi rasa manis di makanan atau minuman.
Kandungan kalorinya lebih sedikit bahkan tanpa kalori jika dibandingkan dengan gula biasa.
Baca Juga: Misbakhun Usulkan Tarif PPN Turun Jadi 10 Persen
Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Neurology mengungkapkan risiko yang mengkhawatirkan dari pemanis buatan ini meski dianggap sehat karena merupakan pengganti gula rendah kalori.
Namun, pemanis buatan juga memiliki efek samping, yakni mempercepat penuaan kesehatan kognitif.
Studi ini melacak lebih dari 12.700 orang dewasa selama delapan tahun, memantau konsumsi pemanis seperti aspartam, sakarin, asesulfam-K, eritritol, xilitol, sorbitol, dan tagatosa.
Baca Juga: Kapuspen Respon 17 Plus 8 Tuntutan Rakyat untuk TNI
Biasanya, pemanis buatan ditemukan dalam makanan yang dianggap ‘sehat.’
Di pasaran saat ini, banyak dijumpai jenis makanan atau minuman tersebut seperti yoghurt, air beraroma, soda diet, dan makanan penutup rendah kalori.
Studi ini membandingkannya dengan soda diet tunggal dan menekankan bahwa orang yang mengonsumsi paling banyak, kira-kira sebanyak soda diet setiap hari, mengalami penurunan kognitif 62 persen lebih cepat.
Baca Juga: Soal PPTB 'Jadi 2' Bukan Keretakan tapi Penyegaran
Dengan kata lain, otak mengalami penuaan 1,6 tahun lebih cepat dari yang seharusnya.