“Bahwa mereka ingin memberikan masa depan yang lebih baik bagi Palestina. Saya rasa kami hampir menemukan beberapa negara,” sambung Netanyahu.
Baca Juga: Presiden Brasil Bakal Bawa Ratusan Pebisnis ke Indonesia
Perihal negara tetangga Palestina itu, PM Israel tidak menyebut secara spesifik negara mana saja yang mungkin menjadi tujuan relokasi.
Terlebih, wilayah sekitar Gaza seperti Mesir, Yordania, Suriah, dan Lebanon selama ini telah menampung banyak pengungsi Palestina akibat konflik yang berkepanjangan.
Baca Juga: Ratusan Pohon Karet Milik Warga Mati Diduga Akibat Aktivitas Tambang
Pada awal tahun 2025 lalu, Presiden Trump sempat membawa narasi pembangunan kawasan elite di Gaza pasca relokasi warga.
Saat itu, Trump membayangkan wilayah tersebut akan disulap menjadi kawasan pesisir mewah yang dijulukinya sebagai 'Riviera of the Middle East'.
"Sesuatu yang baik akan terjadi," sesumbar Trump dikutip dari AFP dalam artikel yang tayang pada Februari 2025 lalu.
Baca Juga: Prabowo Undang Lula Untuk Rayakan Ulang Tahun Bersama Indonesia
Kendati demikian, pernyataan dua tokoh ini telah memicu respons beragam dari komunitas internasional dan pegiat kemanusiaan.
Banyak pihak menilai rencana relokasi warga dari tanah kelahiran mereka justru akan memperburuk krisis kemanusiaan dan melanggar prinsip-prinsip hak asasi manusia.
Hingga kini, perwakilan Israel tengah berada di Qatar untuk melakukan negosiasi dengan perwakilan Hamas. Agenda utama mereka adalah membahas gencatan senjata selama 60 hari demi pertukaran sandera dan pembukaan akses bantuan kemanusiaan ke Gaza.
Baca Juga: Viral!!! Warga Cegat Pembuang Sampah di Pinggir Sungai
Gencatan senjata ini diharapkan menjadi pintu masuk untuk mengakhiri konflik berdarah yang kembali memuncak sejak 7 Oktober 2023. Namun, sebagian publik menyoroti terkait masih adanya jurang perbedaan yang besar antara tuntutan Hamas dan posisi Israel.