GEMALANGANG.COM -- Ribuan mahasiswa bersenjata tongkat dan batu bentrok dengan polisi bersenjata di Dhaka, setelah otoritas Bangladesh memutus beberapa layanan internet seluler.
Pemutusan layanan internet itu bertujuan untuk meredakan protes terhadap kuota pekerjaan pemerintah yang telah menewaskan sedikitnya 10 orang minggu ini.
Baca Juga: Demo Berdarah, Bangladesh Tutup Sekolah Dan Universitas Tanpa Batas Waktu
Menurut laporan Reuters mengutip surat kabar Daily Star, sedikitnya ada empat orang tewas dan ratusan pengunjuk rasa lainnya terluka dalam bentrokan dengan polisi di Dhaka pada hari ini, Kamis (18/07/2024).
Aksi unjuk rasa tersebut merupakan yang terbesar sejak Perdana Menteri Sheikh Hasina terpilih kembali untuk masa jabatan keempat, dan dipicu oleh tingginya pengangguran di kalangan pemuda, dengan hampir seperlima dari 170 juta penduduk tidak memiliki pekerjaan atau pendidikan.
Perdana Menteri Hasina, putri Sheikh Mujibur Rahman, yang memimpin Bangladesh menuju kemerdekaan, sejauh ini menolak tuntutan para pengunjuk rasa.
Untuk meredam aksi demonstrasi polisi menembak gas air mata untuk membubarkan ribuan massa mahasiswa yang melemparkan batu yang memblokir jalan raya utama di kota pelabuhan selatan Chittagong serta di dekat kampus universitas Dhaka.
Baca Juga: Pria Ini Nyaris Tewas Digigit Hiu Saat Mancing Dilepas Pantai
Menteri Hukum Anisul Huq mengatakan pemerintah bersedia berbicara dengan para pengunjuk rasa, yang menginginkan negara berhenti menyisihkan 30% pekerjaan pemerintah untuk keluarga mereka yang bertempur dalam perang kemerdekaan tahun 1971 dari Pakistan.
"Kami bersedia duduk (dan berbicara dengan mereka). Kapan pun mereka ingin duduk dalam diskusi, itu akan terjadi," kata Huq, dikutip Reuters, Kamis (18/07/2024).
Baca Juga: Israel Dituduh Serang Warga Sipil Lebanon, Hizbullah Akan Ubah Target Serangan
Sebelumnya, Pihak berwenang di Bangladesh telah menutup semua universitas negeri dan swasta tanpa batas waktu sejak Rabu (17/07/2024) kemarin.