Meski pekerja migran memperoleh penghasilan lebih besar di Taiwan. Namun, kenyataannya lebih rumit dari apa yang dia pikirkan.
Pekerja migran banyak yang dieksploitasi, terlilit utang, atau menghadapi kekerasan fisik dan seksual. Dalam menghadapi hal ini, banyak yang melawan, membentuk serikat buruh dan LSM, serta terlibat dalam protes yang bervariasi mulai dari tari flash mob hingga pertunjukan musik.
Baca Juga: Senjata 'Kiamat' Israel Siap Hadapi Perang Besar Timur Tengah
Group band Rudi di Taiwan juga menyediakan ruang bagi para pendengarnya yang sebagian besar adalah pekerja migran dari berbagai negara. Hal itu dilakukan sebagai bentuk mengekspresikan diri dan melepaskan diri dari kehidupan kerja.
“Di atas panggung, saya merasa senang. Lagu-lagu kami seperti ungkapan perasaan kami.” jelas Rudi
Berdasarkan laporan Al Jazeera, hampir semua pekerja migran tiba di Taiwan melalui agen tenaga kerja atau perantara, yang langsung membuat mereka rentan terhadap eksploitasi yang dibebankan oleh para broker.
“Kami harus membayar mereka untuk membawa kami ke sini. Terus kalau ke Taiwan juga harus bayar. Mereka memotong gaji kami untuk membayar biaya bulanan.” pungkas Rudi.