GEMALANTANG.COM -- Aksi unjuk rasa penolakan RUU kenaikan pajak di Kenya pada Selasa (25/06/2024) diketahui menelan 23 korban jiwa dan lebih dari 30 orang harus mendapatkan perawatan medis. Hal itu membuat Presiden Kenya mengambil langkah tegas untuk menjaga keseimbangan negaranya.
Presiden William Ruto mengatakan dia tidak akan menandatangani rancangan undang-undang keuangan termasuk kenaikan pajak yang jadi pemicu aksi demonstrasi paling serius dalam dua tahun kepemimpinan Ruto.
Baca Juga: Demo Anarkis di Kenya, Saudara Tiri Barack Obama Jadi Korban Gas Air Mata
“Mendengarkan baik-baik masyarakat Kenya yang dengan lantang mengatakan bahwa mereka tidak ingin ada hubungannya dengan RUU Keuangan 2024 ini, saya akui. Oleh karena itu, saya tidak akan menandatangani RUU Keuangan 2024, dan selanjutnya akan ditarik,” kata William Ruto seperti yang dilansir oleh Reuters. Rabu (26/06/2024).
Baca Juga: Tragedi Kremia Picu Perang Besar Antara Rusia dan Amerika Serikat
Hal ini merupakan kemenangan besar bagi rakyat Kenya, dimana gerakan protes yang telah berlangsung selama seminggu, mulai dari kecaman online terhadap kenaikan pajak menjadi demonstrasi massal yang menuntut perombakan politik.
Baca Juga: Israel Akan Hentikan Perang Di Jalur Gaza Hingga Utamakan Jalur Diplomatik Dengan Hizbullah
Seperti yang dikabarkan oleh Reuters yang melansir The Nasional setidaknya 35 dari 47 kota di Kenya melakukan protes, tidak luput kampung halaman Presiden William Ruto di Eldoret.
Protes ini adalah wujud kemarahan anak-anak muda Kenya yang jeli melihat usulan pajak atas roti dan popok hingga berkembang menjadi gerakan nasional yang menyerukan penghapusan seluruh rancangan undang-undang keuangan termasuk pajak.