GEMA LANTANG, JAMBI -- Persoalan banjir di Kota Jambi yang terjadi tiap kali intensitas curah hujan tinggi melanda, masih menjadi perbincangan publik dan pengamat.
Tak luput pembangunan kawasan bisnis dan icon gaya hidup baru di Kota Jambi menjadi sorotan tajam pengamat kebijakan publik dan tata kota Jambi, Dr. Noviardi Ferzi.
Ia mengingatkan agar keberadaan Jambi Bisnis Centre (JBC) tidak menjadi penyumbang persoalan banjir baru di kawasan Simpang Mayang Kota Jambi.
Baca Juga: Masalah Sampah di Tangsel Kian Mengkhawatirkan, Kinerja Pemerintah Disorot
Noviardi Ferzi menegaskan, penyelesaian kolam retensi sebagai bagian dari kewajiban pengelolaan air limpasan harus segera dituntaskan dan tidak boleh ditunda.
Menurutnya, kawasan JBC merupakan area dengan tingkat alih fungsi lahan yang sangat tinggi. Perubahan ruang terbuka menjadi kawasan terbangun secara otomatis mengurangi daya serap tanah terhadap air hujan.
Dalam kondisi curah hujan ekstrem yang kini semakin sering terjadi, ketiadaan atau belum optimalnya kolam retensi akan berdampak langsung pada peningkatan debit limpasan ke saluran kota dan sungai di sekitarnya.
“Jangan sampai aktivitas bisnis justru menyumbang banjir bagi warga. Kolam retensi itu bukan sekadar formalitas perizinan, tetapi instrumen teknis utama untuk menahan, mengatur, dan melepaskan air hujan secara terkendali,” katanya, Senin, 15 Desember 2025.
Baca Juga: Komentar Pengamat soal 'Banjir' Kota Jambi Ketika Hujan Lebat
Dr. Noviardi Ferzi juga menjelaskan, secara teknis kolam retensi berfungsi menahan puncak debit saat hujan lebat agar tidak langsung masuk ke sistem drainase kota yang kapasitasnya terbatas.
"Tanpa kolam retensi yang memadai, limpasan air dari kawasan JBC akan mempercepat terjadinya genangan bahkan banjir di wilayah hilir, terutama di kawasan permukiman yang selama ini sudah rentan." imbuhnya.
Pengamat ternama di Jambi ini juga mengingatkan bahwa persoalan banjir di Kota Jambi bukan hanya disebabkan oleh faktor alam, tetapi akumulasi dari lemahnya kepatuhan pengembang terhadap dokumen perencanaan lingkungan.
Baca Juga: Kebahagiaan Sederhana Bocah Korban Banjir Aceh saat Dapat Madu dan Kurma
Karena itu, ia meminta pengelola JBC untuk menunjukkan komitmen nyata dengan mempercepat penyelesaian kolam retensi sesuai desain teknis yang disyaratkan.