"Dana APBD Jambi yang terus menurun juga menjadi kendala pembiayaan pengembangan infrastruktur pendukung pelabuhan ini." sebutnya.
Baca Juga: Golkar Jambi Terancam Retak: Kader Tolak Dominasi Dolly Kurnia
Artinya, kata Noviardi, pembangunan pelabuhan peti kemas Muaro Jambi saat ini belum menunjukkan urgensi.
"Yang jelas jika tidak disertai solusi konkret untuk mengatasi persoalan teknis dan infrastruktur pendukung seperti alur sungai, kapasitas dermaga, dan konektivitas jalan yang memadai." imbuh Noviardi.
"Tanpa itu, pelabuhan baru ini hanya akan menjadi proyek pencitraan tanpa efektif meningkatkan daya saing logistik dan ekonomi Jambi secara riil." tambahnya.
Dr. Noviardi menilai dukungan penuh Pemerintah Provinsi Jambi perlu diiringi dengan kajian mendalam dan perencanaan realistis, bukan hanya mengandalkan status PSN semata.
Baca Juga: Akhir Drama Ketum Projo Budi Arie yang Gabung Gerindra
Asal tahu saja, menurut narasi yang beredar menyebutkan bahwa Terminal Peti Kemas Muaro Jambi ini direncanakan akan melayani peti kemas, curah kering dan curah cair.
Proyek pelabuhan ini tercantum dalam Peraturan Menteri Koordinator bidang Perekonomian No. 16/2025 tentang Perubahan Kedelapan Atas Permenko Ekon No. 7/2021 tentang Perubahan Daftar PSN.
Noviardi Ferzi juga menegaskan bahwa pembangunan pelabuhan Terminal Peti Kemas harus memperhatikan dampak terhadap Kawasan Cagar Budaya Muarajambi yang ada pada kawasan tersebut.
Ini merupakan upaya untuk menjaga nilai sejarah, budaya, dan kelestarian lingkungan.
"Pembangunan infrastruktur besar seperti pelabuhan dapat berpotensi mengancam kawasan cagar budaya jika tidak didesain dan direncanakan dengan memperhatikan aspek konservasi dan mitigasi dampak lingkungan serta sosial budaya." ujarnya
Baca Juga: Megawati Ungkap Pemakaman Bung Karno di TMP Kalibata Ditolak Soeharto
"Oleh karena itu, pembangunan pelabuhan ini harus disertai kajian mendalam yang tidak hanya melihat aspek ekonomi dan teknis, namun juga aspek keberlanjutan dan pelestarian kawasan cagar budaya agar tidak terjadi konflik fungsi dan kerusakan budaya yang bernilai tinggi." timpalnya.