Gemalantang.com- Pagi-pagi sekitar pukul 08.10 Ismail (75) yang merupakan maestro langsung diserbu oleh tim pembuat film dokumenter Mujuk Sialang, Sabtu (19/11/2022).
Pada saat kedatangan tim crew pemembuatan film dokumenter Mujuk Sialang, Busu Mael sapaan akrab lagi memperbaiki tamalang (tempat madu).
Tamalang ini salah satu alat (tempat) madu, yang mana sarang lebah yang bergantungan di dahan pohon besar akan di ambil madu-nya lalu dimasukkan ke tempat penyaringan (tamalang).
Setelah dimasukkan di dalam tamalang, lalu diturunkan ke pangkal pohon besar tempat sarang lebah tadi.
" iko nah... sayo lagu muat (perbaiki) tamalang gena madu, kareno kalo kito ngambek madu dari sarang harus dimasukkan dalam untuk dibawak turun," tutur Ismail.
Selanjutnya, maestro (Ismail) diajak wawancara oleh crew pemembuatan film dokumenter Mujuk Sialang sambil minum kopi AAA Jambi.
Adapun cerita saat diwawancarai oleh crew pemembuatan film dokumenter Mujuk Sialang, Ismail yang sehari-harinya petani karet menceritakan asal muasal ikut ayahnya Lamid.
Dengan memakai singlet dan kain sarung, Ismail menjawab semua pertanyaan dari tim pembuat film dokumenter Mujuk Sialang.
" sayo ko sejak masih bujangan sudah ikut ayah (Lamid) ngambek madu di kayu gedang," sebut Busu Mael.
Sementara Rahmad Hidayatsyah yang merupakan sutradara film dokumenter Mujuk Sialang mengatakan, tujuan pembuatan film dokumenter Mujuk Sialang ini untuk mengabarkan kepada generasi muda, bahkan tradisi ataupun budaya mengambil madu di hutan ini harus dilestarikan dan dipertahankan.
" Inilah pekerjaan para leluhur kita dahulu, dan di zaman era digitalisasi ini, budaya kita harus kita kenali kepada generasi muda," bebernya.
Hal senada yang dikatakan, oleh Daya Desa (Pendamping Pemajuan Kebudayaan Desa) Rambutan Masam, Kecamatan Muara Tembesi, Kabupaten Batanghari, Munawir Nursyahrobby.
Robby, menyebutkan, pembuatan film dokumenter Mujuk Sialang ini sebagai upaya pelindungan tradisi asli mujuk sialang agar tradisi ini diketahui generasi penerus dan masyarakat luas sehingga tidak hilang tergerus kemajuan zaman.
"Alhamdulillah Desa Rambutan Masam kembali dipercaya oleh Dirjen Kebudayaan sebagai salah satu Desa Pemajuan Kebudayaan dari 80 Desa Se-Indonesia, semoga dengan dilaksanakannya program ini dapat mengangkat kembali tradisi mujuk sialang sehingga tradisi ini dikenal masyarakat luas, kita bersama masyarakat dan Pemerintah Desa berkomitmen untuk bersama sama mensukseskan program ini sehingga berdampak bagi masyarakat," terang Robby