GEMALANTANG.COM, TEHERAN -- Ledakan dan sirene serangan udara terdengar lagi di Iran dan Israel saat kedua negara terus saling tembak rudal dan pesawat tak berawak, sehari setelah militer Israel membunuh jenderal-jenderal tinggi Iran dan ilmuwan nuklir.
Serangan balasan Iran telah menewaskan sedikitnya empat orang dan melukai lebih dari 200 lainnya di Israel sejak Jumat, saat rentetan puluhan rudal Iran menerangi langit di atas Yerusalem dan Tel Aviv semalam.
Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menuduh Israel memulai perang dan mengatakan Israel harus menerima hukuman berat atas pembunuhan beberapa komandan militer dan ilmuwan tingkat atas.
Baca Juga: Iran Langsung Kibarkan Bendera Merah Usai Diserang Israel
"Tidak. Mereka yang memulainya dan memulai perang. Kami tidak akan membiarkan mereka lolos tanpa cedera dari kejahatan besar yang telah mereka lakukan," kata Khamenei, seperti dilansir Al Jazeera.
Menurut laporan The Associated Press (AP). Menlu Iran Abbas Araghchi mengatakan perundingan nuklir dengan Amerika Serikat akan menjadi 'tidak dapat dibenarkan' setelah serangan Israel terhadap negaranya.
Pernyataan itu terindikasi tidak akan ada perundingan antara AS dan Iran di Oman pada akhir pekan ini.
Baca Juga: China dan Pakistan 'Ngamuk' Setelah Israel Serang Wilayah Iran
“Melanjutkan perundingan tidak langsung antara Iran dan AS tidak dapat dibenarkan dalam situasi di mana kebiadaban rezim Zionis terus berlanjut,” imbuhnya.
Sementara itu, media Israel melaporkan bahwa seorang sumber intelijen senior Israel mengatakan kepada Fox News bahwa ada 'kejutan tambahan' yang akan dihadapi Iran.
Sumber tersebut mencatat bahwa intelijen Israel memperkirakan Iran akan memiliki persenjataan sebanyak 8.000 rudal balistik dalam waktu dua tahun, yang merupakan bagian dari alasan untuk memutuskan untuk melancarkan serangan tersebut.
Baca Juga: Telpon Prabowo, Trump Tanyakan Kabar Indonesia
Saat ini, kata sumber tersebut, Israel yakin Iran memiliki sekitar 2.000 rudal.