GEMALANTANG.COM, AMERIKA SERIKAT -- Dampak tarif Trump membuat produksi dalam negerinya sendiri cemas, seperti yang dikatakan oleh Francisco Tzul yang mendapat pekerjaan di sebuah merek pakaian dalam trendi buatan Amerika.
Namun, imigran berusia 60 tahun asal Guatemala itu kini takut diberhentikan karena tarif besar-besaran yang diberlakukan Presiden Donald Trump terhadap mitra dagang AS.
Trump mengakui tarif yang dikenakannya pada awalnya akan menyebabkan warga Amerika menderita, tetapi yakin bahwa dalam jangka panjang tarif tersebut akan membantu mengembalikan produksi industri ke Amerika Serikat.
Baca Juga: Donald Trump Ngamuk!!! Rusia Bombardir Ibu Kota Ukraina
Namun bagi merek Cantiq, yang membuat pakaian dalam di Los Angeles dari kain yang sering kali bersumber dari Asia, tarif tambahan berarti biaya produksi yang lebih tinggi dan potensi PHK.
"Akan merugikan perekonomian, tidak hanya bagi pemilik, tetapi juga para pekerja," kata Tzul, yang telah bekerja di Cantiq selama lima tahun, kepada AFP pada suatu sore baru-baru ini.
Chelsea Hughes (35), mendirikan Cantiq pada 10 tahun lalu sebagai perusahaan beretika yang akan mempekerjakan orang-orang dari komunitas lokalnya, membayar mereka upah yang layak, dan mempertahankan kondisi kerja yang layak.
Baca Juga: Resmikan Gedung Ruang Guru, Al Haris: Pentingnya Peningkatan Kualitas Guru
Namun dengan tarif Trump, katanya, semua itu bisa hilang begitu saja.
"Kini mereka akan semakin mempersulit saya untuk mempertahankan pekerjaan bagi orang-orang yang ada di sini, dan mempertahankan seluruh produksi saya di sini," kata Hughes kepada AFP dari butiknya di kawasan trendi Echo Park.
Dipasarkan sebagai pakaian dalam untuk semua tipe dan gaya tubuh, barang paling populer dari merek ini adalah celana dalam seharga $35 yang dapat dikenakan oleh wanita dan pria.
Baca Juga: Resmikan Gedung Ruang Guru, Al Haris: Pentingnya Peningkatan Kualitas Guru
Terbuat dari tiga kain berbeda yakni dua berasal dari Cina, dan satu dari Taiwan, seperti dilansir AFP.