GEMALANTANG.COM -- Tiongkok telah menyusun rancangan undang-undang revisi yang akan memudahkan pasangan untuk mendaftarkan pernikahan mereka. Sementara pengajuan perceraian akan menjadi lebih sulit, langkah ini menuai beragam komentar dari netizen dan menjadi trending topik teratas daring dinegara tersebut.
Hal itu ditujukan untuk membangun masyarakat yang ramah keluarga yang dirilis oleh Kementerian Urusan Sipil Tiongkok minggu ini untuk mendapatkan tanggapan publik. Masyarakat dapat menyampaikan komentar kepada kementerian tersebut hingga 11 September.
Baca Juga: Waspada!!! Polisi Temukan Sabu Dosis Tinggi Dalam Permen
Hal ini terjadi saat para pembuat kebijakan berjuang untuk mendorong pasangan muda untuk menikah dan memiliki anak setelah populasi negara tersebut menurun selama bertahun-tahun.
RUU ini menghapuskan pembatasan regional untuk pernikahan yang terlihat pada UU sebelumnya, di mana pernikahan harus ditangani di lokasi pendaftaran rumah tangga pasangan tersebut.
Baca Juga: Israel Panik, Iran Ngegas Dibawah Tekanan Barat
Perceraian akan dikenakan masa tenang selama 30 hari, yang mana jika salah satu pihak tidak bersedia bercerai, mereka dapat menarik permohonannya, sehingga mengakhiri proses pendaftaran perceraian, kata rancangan tersebut.
"Menikah itu mudah, tapi bercerai itu sulit. Sungguh aturan yang bodoh," tulis seorang netizen di platform media sosial China Weibo yang menarik puluhan ribu suka.
Baca Juga: Situasi Semakin Sulit Untuk Capai Gencatan Senjata Di Gaza
Seorang profesor di Institut Studi Kependudukan dan Pembangunan di Universitas Xi'an Jiaotong mengatakan kepada Global Times mengatakan aturan tersebut untuk melindungi hak sah para pihak yang terlibat.
"Peraturan tersebut bertujuan untuk meningkatkan pentingnya pernikahan dan keluarga, mengurangi perceraian impulsif, menegakkan stabilitas sosial, dan lebih melindungi hak-hak sah para pihak yang terlibat" kata Jiang Quanbao dikutip Reuters, Kamis (15/08/2024).
Baca Juga: Para Peneliti Ungkap Pesan Mengerikan Di Prasasti Berusia 4.000 Tahun
Jumlah pasangan Tionghoa yang menikah pada paruh pertama tahun ini turun sebanyak 498.000 dari tahun sebelumnya menjadi 3,43 juta, terendah sejak 2013 , karena semakin banyak anak muda yang menunda menikah, menurut data resmi.