GEMALANTANG.COM -- Tiga belas orang tewas saat ribuan mahasiswa bersenjata tongkat dan batu bentrok dengan polisi bersenjata di Dhaka pada Kamis (18/07/2024) kemarin.
Termasuk seorang pengemudi bus yang dibawa ke rumah sakit dengan luka tembak di dadanya, seorang penarik becak dan tiga pelajar, menurut laporan Reuters.
Baca Juga: Bahaya!!! Knesset Israel Tolak Pembentukan Negara Palestina
Ratusan orang terluka ketika polisi menembakkan gas air mata dan peluru karet untuk membubarkan kelompok pengunjuk rasa, yang membakar kendaraan, pos polisi dan bangunan lainnya, kata saksi mata.
Aksi unjuk rasa ini menjadi kekerasan terburuk sejauh ini dalam protes di Bangladesh terhadap kebijakan yang menetapkan kuota untuk alokasi pekerjaan pemerintah.
Baca Juga: Ribuan Mahasiswa Bentrok Dengan Polisi, Empat Orang Tewas, Ratusan Lainnya Terluka
Setidaknya ada 11 kematian pada hari Kamis (18/07) kemarin yang terjadi di Dhaka. Kampus universitas utama di ibu kota tersebut telah menjadi lokasi protes nasional terburuk dan telah menewaskan sedikitnya 19 orang minggu ini.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres pada hari Kamis menyerukan agar semua pihak menahan diri dan mendesak pihak berwenang untuk menyelidiki semua tindakan kekerasan dan meminta pertanggungjawaban para pelaku, kata juru bicara PBB Stephane Dujarric.
Baca Juga: Gedung Putih Ungkap Joe Biden Akan Mengisolasi Diri Di Delaware
"Sekretaris Jenderal mendorong partisipasi pemuda yang bermakna dan konstruktif untuk mengatasi tantangan yang sedang berlangsung di Bangladesh. Kekerasan tidak akan pernah menjadi solusi," kata Dujarric dikutip Reuters Jum'at (19/07/2024).
Menteri Hukum Anisul Huq menawarkan kepada pengunjuk rasa bahwa pemerintah bersedia berbicara dengan para pengunjuk rasa, akan tetapi hal itu ditolak oleh para demonstran.
Baca Juga: Atlet Prancis Dilarang Pakai Jilbab Saat Olimpiade Paris 2024
Mereka mengatakan diskusi dan penembakan tidak bisa berjalan beriringan dan menilai seharusnya diskusi tersebut dilakukan lebih awal.