sejarah

Sosok Cerdas Abad ke 9, Al-Kindi: Kesuksesan Diperjuangkan, Bukan Ditunggu

Kamis, 7 Agustus 2025 | 21:42 WIB
Abu Yusuf Ya'qub ibn Ishaq al-Kindi, sang Filsuf Muslim. (X.com/@RoyalHistoryEve)

GEMA LANTANG -- Di tengah riuhnya peradaban Islam abad ke-9, muncul sosok cerdas bernama Abu Yusuf Ya'qub bin Ishaq Al-Kindi. 

Lahir dari keluarga bangsawan Arab dari suku Kindah, Al-Kindi tumbuh sebagai pemuda yang tidak hanya mencintai ilmu, tetapi juga membawa angin perubahan bagi dunia intelektual Islam. 

Baca Juga: Cocok Banget, Ini 3 Rekomendasi Lipstik untuk Kulit Sawo Matang

Al-Kindi, dikenang sebagai filsuf Muslim pertama yang berhasil menjembatani pemikiran Yunani dan Islam. Yang membuatnya istimewa bukan hanya kecerdasan, tetapi juga keberaniannya dalam berpikir terbuka. 

Pada masa ketika filsafat asing dianggap asing atau bahkan berbahaya, ia justru mempelajari dan menerjemahkan karya-karya para filsuf Yunani seperti Aristoteles dan Plotinos ke dalam bahasa Arab.

Tidak sekadar menerjemahkan, tetapi juga menyesuaikannya dengan nilai-nilai Islam.

Baca Juga: Prabowo Presiden Paling Sering Kunjungi ITB Setelah Sukarno

Al-Kindi tertarik pada ilmu jiwa manusia. Ia membagi kekuatan jiwa menjadi tiga: nafsu, amarah, dan akal. Dalam pandangannya, akal seharusnya menjadi pengendali utama.

Tanpa kendali akal, manusia akan jatuh dalam amarah dan nafsu atau berarti hidup tak ubahnya seperti binatang.

Salah satu kutipan terkenal yang dapat dipetik dari gagasan Al-Kindi berbunyi: "Setiap keberhasilan adalah hasil dari kerja keras dan ketekunan," 

Baca Juga: Ridwan Kamil Lakukan Tes DNA, Pengacara: Dua Sampel Diambil

Hal itu mencerminkan pandangannya, tentang tak adanya jalan pintas menuju kesuksesan. Kejayaan, dalam pandangannya, bukanlah warisan atau keberuntungan, melainkan buah dari kerja keras dengan keikhlasan hati dalam menjalaninya.

Kutipan tersebut juga menunjukkan sisi humanis seorang Al-Kindi. Di balik pikirannya yang brilian, ia tetap percaya pada nilai-nilai yang sederhana. Pada masa kini tetap relevan, bahkan lebih dari seribu tahun setelah Al-Kindi menuliskannya.

Baca Juga: Begini Respon Istana Soal Pertumbuhan Ekonomi RI Diragukan

Halaman:

Tags

Terkini