GEMALANTANG.COM -- Hamas menuduh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menciptakan hambatan bagi perundingan gencatan senjata.
Hamas mengatakan meningkatnya serangan Israel di Jalur Gaza tidak membantu negosiasi untuk mengakhiri perang, hal itu diungkap oleh Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh.
Dalam sebuah pernyataan, Ismail Haniyeh memperingatkan bahwa dampak bencana dari apa yang terjadi di Gaza dapat mengembalikan proses negosiasi ke titik awal.
Baca Juga: Presiden Pezeshkian Tegaskan Dukungan Terhadap Hizbullah di Lebanon
"Netanyahu dan tentaranya akan memikul tanggung jawab penuh atas runtuhnya jalur ini” Hamas mengutip pernyataan Haniyeh.
Haniyeh membuat kontak mendesak dengan mediator Qatar dan Mesir atas meluasnya tindakan militer Israel, yang mengeluarkan perintah evakuasi lebih lanjut untuk wilayah-wilayah di lingkungan Kota Gaza dan menggusur ribuan warga Palestina.
Dalam pernyataan terpisah, Hamas juga menuduh Netanyahu meningkatkan agresi dan kejahatannya terhadap rakyat Palestina, dengan upaya menggusur mereka secara paksa guna menggagalkan semua upaya untuk mencapai kesepakatan.
Baca Juga: Ratusan Truk Bantuan Kemanusiaan Gaza Menumpuk Tunggu Izin Israel
Berdasarkan laporan Al Jazeera pada hari Minggu (07/07/2024) lalu, militer Israel memerintahkan segara untuk melakukan evakuasi di wilayah Tuffah, Daraj dan Kota Tua di Kota Gaza di utara.
Sementara itu dari Deir el-Balah di Gaza bagian tengah, warga Palestina telah diperintahkan untuk mengungsi ke pusat Jalur Gaza meskipun wilayah tersebut sudah kewalahan dengan pengungsi dari seluruh wilayah Gaza.
“Sebagian orang mencoba mengungsi. Sebagian orang melarikan diri akibat tembakan artileri dan serangan udara; sebagian lainnya terjebak dan tidak dapat pergi,” kata Hind Khoudary kepada Al Jazeera.
Baca Juga: Ribuan Orang Di Gaza Terpaksa Mengungsi, RS Indonesia Penuh Sesak
Kendati demikian, koresponden Al Jazeera Arabic melaporkan pada Senin (08/07/2024) kemarin, bahwa perintah evakuasi lebih lanjut telah dikeluarkan untuk lingkungan Rimal di pusat Kota Gaza.