Ia menekankan, kebijakan makroekonomi pada dasarnya adalah soal memilih prioritas.
Dalam analisisnya, Snower melahirkan dua teori. Pertama adalah Teorema Kemustahilan Vampir. Teori ini menyebut manusia harus selalu menjaga tingkat minimum produksi pasak agar bisa bertahan hidup. Tanpa itu, ancaman vampir bisa menghancurkan masyarakat.
Yang kedua, disebut Teorema Netralitas Vampir. Snower menyebut, kesejahteraan manusia lebih terjamin jika vampir tidak dimusnahkan sama sekali, melainkan dibiarkan ada dalam jumlah kecil.
“Ketika populasi vampir mendekati nol, rasio antara jumlah pasak dan jumlah vampir akan meningkat tanpa batas,” tulis Snower.
Baca Juga: Sahabat Alam Jambi Serukan Lawan Hoax dan Jaga Persatuan
Dari teori ini, Snower ingin menunjukkan terkadang lebih efisien membiarkan ancaman tetap ada dalam skala kecil.
Dengan begitu, masyarakat tidak menghabiskan seluruh sumber dayanya untuk melawan musuh, melainkan bisa fokus membangun kesejahteraan sosial.
Berkaitan dengan Masalah Sosial
Jika ditarik ke dunia nyata, maka menurut Snower, fenomena vampir ekonomi ini bisa dianalogikan dengan berbagai masalah sosial. Misalnya inflasi, pengangguran, atau kemiskinan.
Memberantas hingga benar-benar nol akan menuntut biaya yang sangat besar. Lebih rasional menjaga agar tetap terkendali.
Di sisi lain, Snower menekankan pelajaran penting lainnya adalah soal efisiensi.
Baca Juga: IHSG Anjlok Hampir 2 Persen, Analis Sebut Aksi Unjuk Rasa Jadi Pemicu
Kebijakan publik tidak bisa hanya fokus pada ambisi memusnahkan masalah, melainkan harus menimbang biaya dan manfaat bagi masyarakat.
"Sumber daya yang terbatas sebaiknya dialihkan ke bidang yang benar-benar mendukung kesejahteraan," demikian menurut Snower.
Fenomena vampir ekonomi pun menjadi metafora yang relevan hingga sekarang. Ia bisa menggambarkan berbagai tantangan ekonomi modern, dari utang negara hingga krisis pangan.