Dikarenakan dulunya pulau ini dijadikan sebagai tempat pembuangan orang gila. Dan ketika ditemukan pertama kali pulau ini juga dihuni oleh orang gila.
Nama yang kedua adalah “Gila Elang” atau biasa disebut “Pulo Elang”. Yang dalam bahasa Madura memiliki arti pulau yang hilang.
Kerena menurut cerita masyarakat pada jaman penjajahan Belanda pulau ini adalah pulau yang tidak ditemukan atau hilang. Sementara pulau-pulau lainnya dapat ditemukan oleh pasukan tentara Belanda.
Sejarah Pulau Gili Iyang sendiri ditemukan oleh Daeng Masaleh pada tahun 1962. Menurut sesepuh di Pulau Gili Iyang, Daeng Masaleh datang dari Sulawesi yang katanya dituntun oleh ikan hiu hingga akhirnya menemukan daratan pulau.
Beliau yang pertama kali membabat hutan untuk membuka jalan di Pulau Gili Iyang. Sampai saat ini Pulau Gili Iyang Madura berpenduduk dengan mayoritas dari suku Madura.
Satu hal menarik yang menjadikan tempat ini begitu alami, yaitu tidak adanya aliran listrik sampai dengan 2017. Sebelumnya, untuk memenuhi kehidupan mereka, masyarakat Gili Iyang hanya menggunakan lampu berbahan minyak serta aki sebagai penerangan. Tidak banyak masyarakat disini yang menggunakan panel surya.
Baru pada 2017, aliran listrik akhirnya masuk ke tempat ini. Namun sampai dengan Mei 2019, aliran listrik di Giliyang ini hanya selama 12 jam dalam sehari. Sedangkan beberapa pulau tetangga lainnya sudah mencapai 24 jam dalam sehari.
Selain memiliki kadar oksigen terbaik kedua di dunia, pulau Gili Iyang juga menawarkan keindahan alam yang mempesona di objek wisata ini
Lokasinya yang berada tepat di pinggir laut membuat pemandangan tampak sangat indah. Selain memiliki pasir pantai yang putih, juga dihiasi dengan batu karang. Kondisi tebing batu yang terbentuk secara alami di lokasi itu juga menambah kesan artistik.
Pengunjung juga bisa menemukan beberapa tumpukan tulang yang sengaja dipajang oleh warga sekitar. Tulang tersebut adalah tulang ikan paus yang sengaja dipajang agar dilihat para wisatawan.
Kandungan oksigen yang tinggi tidak hanya berasal dari banyaknya pepohonan yang masih rimbun dan asri. Tapi juga dari perputaran udara yang terjadi di Pantai Pulau Giliyang.
Pantai di pulau tersebut banyak ditumbuhi pepohonan sehingga menjadikan suasana di pantai cukup sejuk dan terhindar dari terik matahari.