Hasilnya, ibu hamil bisa mengalami gangguan tidur dan penyerapan nutrisi yang buruk, yang tentu berdampak pada janin.
Baca Juga: Rusia Murka Kendaraan Diplomatiknya Diserang Pemukim Israel
Stres dalam waktu singkat biasanya tidak berbahaya karena tubuh memiliki mekanisme pemulihan alami. Namun, stres berat atau berkepanjangan, misalnya karena kehilangan pekerjaan atau tekanan hidup.
Kondisi ini dapat membuat tubuh terus memproduksi hormon stres seperti kortisol, adrenalin, dan noradrenalin.
Baca Juga: Mahfud: Presiden Bisa Turun Tangan saat Hukum Terasa Tidak Independen
"Tubuh ibu akan terendam hormon stres dalam waktu lama, dan janin ikut terkena dampaknya," ujar Verny.
Kadar hormon stres yang tinggi dan berlangsung lama ini terbukti berbahaya bagi perkembangan janin, khususnya otaknya. Otak janin yang sedang terbentuk memiliki susunan sel saraf yang harus mencapai lokasi tertentu sesuai peta genetiknya.
"Jika kortisol terlalu tinggi, jalur migrasi sel otak bisa salah arah dan koneksi menjadi tidak normal," tukas Verny menambahkan.
Baca Juga: Pelatih Vietnam Sindir Performa Timnas U-23 Indonesia di Era Vanenburg
Hal tersebut menegaskan pentingnya dukungan bagi ibu hamil agar tidak mengalami stres berat. Menjaga kehamilan bebas stres bukan hanya soal kesehatan ibu, tetapi juga menyangkut masa depan anak.
Dengan perhatian yang tepat, risiko gangguan perkembangan otak janin dapat ditekan, sehingga anak lahir sehat dan siap tumbuh optimal.